Apalah Arti Sebuah Nama
Gang Kucing memang berbeda dari gang-gang
lainnya di kawasan Kampung Asri yang kebanyakan dinamai dengan nama-nama pahlawan
nasional seperti Gang Otista (singkatan dari Otto Iskandar Dinata), Gang Dewi Sartika, Gang Abdul Muis, Gang
Surjopranoto, de el el.
Pernah, nama Gang Kucing bermaksud diganti oleh
pihak RW dengan alasan penyeragaman tema. Namanya harus diambil dari nama
pahlawan nasional juga. Begini cerita selengkapnya.
“Ciyeee, sampe segitunya nih, Pak Erwe.”
Ledek salah seorang warga ketika membaca surat undangan pertemuan terkait
rencana perubahan nama untuk Gang Kucing.
Besoknya, seluruh kepala keluarga sama-sama
hadir di ruang pertemuan. Pembicaraan terkesan alot.
“Apalah arti sebuah nama, Pak Erwe. Kita
sudah cukup familiar dengan nama Gang Kucing, tak usah lah diganti.” Pak Gus
mengajukan usul penolakan. Nada baritonnya menggema di seisi balai pertemuan. Hadirin
yang turut hadir membuat isyarat persetujuan dengan tepuk tangan meriah,
sesekali ada suitan dari tempat duduk paling belakang. Ruangan bergemuruh seru.
Pak Erwe duduk menekuk pundak seraya mengelus janggut yang sudah sebagian
memutih. Diliriknya ketiga orang di samping kiri dan kanannya. Pak Roy, selaku
sekretaris, hanya terdiam menunggu keputusan tetua.
Beberapa saat kemudian, rapat
ditutup, hadirin dipersilakan bubar.
“Saya juga kurang setuju, Pak. Nama gang
kucing, kan, lebih berkarakter, punya filosofi tersendiri dibandingkan dengan gang
lain.” Ujar seorang pemuda jangkung saat meninggalkan balai pertemuan.
Bapak yang sedari tadi diajak berbicara
turut menimpali, “Seharusnya begitu.”
“Seandainya mau diseragamkan dengan gang
lain, lebih baik gang lain saja yang diganti dengan nama-nama hewan, misalnya:
gang monyet, gang tikus, gang…”
“Gang guk-guk.” Seseorang berseloroh di
tengah ramainya pembicaraan. Serempak menoleh lalu protes, “Jangan pake nama
yang itu!”
“Hehe.” Mas Ari cengar-cengir.
“Sudahlah, mudah-mudahan Pak Erwe mau
memikirkan kembali suara hati kita. Semoga Gang Kucing tidak akan pernah
diganti dengan nama Ahmad Yani.”
“Amiin….” Koor, bapak-bapak mengamini
ucapan Om Shion.
Aku dan Ratih yang kebetulan sedang mampir
ke rumah Mpok May siang itu tanpa sengaja mendengarkan semua pembicaraan
bapak-bapak yang baru pulang dari acara pertemuan warga.
“Jadi betul, ya, gang ini mau diganti
nama?” Ratih melirik padaku.
“Katanya, sih, begitu.”
“Memangnya mau diganti sama apa, Mpok?”
Ratih beralih menatap Mpok May yang sedang siap-siap menyiram bunga-bunga di pot
halaman rumahnya. Aku tetap menyimak sambil melihat-lihat majalah.
“Katanya mau diganti sama nama Pahlawan.”
“Oh? Kayak Superman begitu, Mpok?” Tebak
Ratih. Aku ngakak.
“Gang Superman? Mana pantes, lha.” Mpok May
geleng-geleng tak setuju.
“Misalnya…” Ralat Ratih, tersipu.
“Pake nama pahlawan lokal aja, misalnya
Pitung.” Usulku asal.
“Jaka Tingkir.”
“Nggak, bagusan Jaka Gledek.” Kataku lagi
ikutan ngaco, memangnya Jaka Tingkir sama Jaka Gledek masuk kategori pahlawan
gitu? Wkwkwk.
“Udah sono, sampaikan langsung ke Pak
Erwe.” Seru Mpok May sambil mengangkat ember ke dekat pot. Aku dan Ratih saling
pandang. “Hehe…” Ide bagus, pikirku. Tiba-tiba Mpok May terpekik kaget. Gayung
berisi air cepat ditariknya dari sasaran penyiraman.
“Ya,
ampun!”
“Kenapa, Mpok?” Spontan, Ratih melompat
dari kursi, takut terjadi apa-apa.
Mpok May menuding ke arah pot. Seekor anak
kucing sedang tertidur pulas di dalam pot.
“Hahaha.”
“Pindahin, Mpok, nanti kesiram.” Ratih
terkekeh geli.
“Hadeh, gak usah, biarin aja, gak jadi
disiram aja deh, hehe.” Hampir saja Si Uwang, kucing kecil piaraan Mpok May
itu, kena serangan air dari gayung, hihihi. Acara siram tanaman sedikit
terganggu dengan ditemukannya Uwang di pot tanaman. Ceritanya Uwang lagi ngadem,
hehehe.
“Zzzzzzzz…”
Udara siang itu tambah sangar, panasnya
nampol. Buku-buku majalah di meja depan rumah Mpok May sudah beralih fungsi menjadi
kipas. Debu jalanan memilih pagar-pagar halaman dan pohon-pohon di depan rumah
warga untuk bersembunyi dari angin yang terus mengajak bermain.
Namun, udara semacam itu tidak jadi masalah
untuk sebagian warga yang senang berkumpul, terutama di Kafe Bang Ainu. Akibat
udara yang panas, ditambah obrolan seputar rapat warga hari itu yang gak ada
matinya, aneka Jus Bang Ainu laris seketika.
*****
Ah, besoknya warga senang sekali. Ada kabar
gembira. Sekretaris RW menyampaikan keputusan Ketua RW melalui pertemuan tertutup
dengan pejabat RT setempat bahwa Gang Kucing tidak jadi diganti dengan nama
Ahmad Yani.
“Alhamdulillah…” Warga yang mendengar
berita itu segera mengucap syukur.
Gang Kucing J
*****
0 comments:
Post a Comment