Oleh : AlLiana Nores
Sore itu aku kaget. Makanan Timy habis!
Kaget campur seneng, sih. Nafsu makan Timy mungkin sudah mulai stabil, hehehe,
yesss! Akhirnya aku mulai memberi makan Timy dengan porsi dumbo.
Setelah penemuan tempat makan Timy yang
kosong itu, pada jam makan berikutnya, aku mulai mengintai dari kejauhan. Timy
yang duluan makan. Tapi, ya, begitulah… Timy Cuma makan sedikit, lantas pergi.
Hiks, jadi…?? Siapa yang bantuin Timy makan???
Karena kesibukanku, soal tempat makan yang
kosong itu sudah tidak kupedulikan lagi. Jarang banget punya kesempatan nonton
Timy lagi makan. Akunya jarang di rumah, sih. Tugas memberi makan sudah
kumandatkan pada saudaraku di rumah. Tiap pulang aktivitas, tau-tau tempat
makan sudah lumayan bersih dari sisa. Mungkin ada tamu tak diundang? Ya, begitu
mungkin, betul begitu. Tapi biasanya kalau ada tamu tak diundang, tidak sampai
habis bersih seperti itu tempat makannya. Ah… pusing, bodo amat lah.
*****
– Minggu Sore –
Minggu sore, biasanya aku lumayan santai:
tidak ada jadwal ke luar, kuhabiskan dengan istirahat sambil tulis-tulis
sesuatu di meja kerja. Sampai jam 5 sore, Timy masuk ke ruangku, meong-meong
lalu pergi, itu artinya ngajak ke luar, aku ikuti. Oh, soal tempat makanan:
masih kosong. Timy memandangi tempat makannya dan aku secara bergantian.
“Mintak makannnn, Broo.” Begitu kira-kira kalo Timy bisa ngomong.
………..
“Habiskan!” kataku sambil menyodorkan menu
makan sorenya Timy. Aku segera kembali ke meja kerja. Baru saja duduk dan
menulis hingga beberapa menit, kudengar suara ribut di belakang. Suara geraman
Timy mendominasi keributan. Ya, itu suara Timy. Bergegas aku menuju TKP. Dan…
rupanya sudah ada satu kucing lagi di sana, dengan lahap dia makan makanan
Timy. Setahuku, Timy tidak terima, makanya Timy menggeram-geram ribut, tapi…
luar biasa, kucing tak diundang itu cuek bebek, makan teruuuus tanpa menoleh.
Aku bengong.
“Sudah, Timy. Biarin…” Kugendong kucingku
yang masih ngambek. Kubawa ke ruang lain. Lalu kutengok kembali ke tempat makan.
Kucing itu gemuk, berbulu halus dan bersih, berekor panjang. Menurutku, usianya
tidak jauh berbeda dengan Timy.
“Nah, kucing itu lagi!” Seru adikku yang
tiba-tiba nongol.
“Iya, nih. Kucing punya siapa? Kayaknya
kelaperan.” Kataku prihatin. Ketika kuelus kepalanya, kucing itu tidak berusaha
menghindar, hanya menoleh sebentar kemudian meneruskan makan.
*****
PAK KUMIS
Sore itu, kudapatkan informasi tentang
kucing yang selama ini menghabiskan makanan Timy. Kucing malang, kucing yang
dipelihara untuk dijadikan mainan anak-anak. Sering kucing itu main ke rumah,
bahkan menginap berhari-hari, tidur di kursi kesayangan Timy, dll. Pernah satu
malam, tetangga pemilik kucing tersebut datang ke rumah. Anaknya nangis terus
minta kucingnya dibalikin. Mama sempat marah soal kucing yang kami pelihara
diam-diam, apalagi itu kucing punya orang. Ah, besoknya kucing itu balik lagi
ke rumah dalam kondisi pincang. Haduh… kasian.
Setelah berkali-kali kabur dari rumah
majikannya, akhirnya tetanggaku sudah tidak peduli. Mungkin sudah bosan, atau
sudah pelihara kucing baru untuk mainan anaknya. Begitulah, kucingnya malah
betah tinggal di rumahku. Setelah kupastikan kalau kucing itu tidak punya
pemilik lagi, segera kulakukan negosiasi
singkat dengan Mama. Akhirnya aku diizinkan memelihara satu kucing lagi
secara legal! Yes!
“Selamat datang, Pak Kumis.” Kuberi nama
‘Pak Kumis’ untuk teman barunya Timy di rumah ini.
Awal peresmian adopsi Pak Kumis di keluarga
ini, Timy sangat terganggu. Why not? Pak Kumis punya watak usil, gak pernah
kapok ngusilin Timy, bikin kesel Timy.
*****
TIMY
Semenjak sembuh dari sakit keras, Timy jadi
banyak berubah: yang tadinya gak bisa diem, sekarang jadi cenderung pasif,
susah makan, gak mau diganggu, sensitif. Yah, Timy yang sekarang, berbeda dengan
Timy yang kukenal dulu. Hiks.
Kehadiran Pak Kumis, kucing periang itu
sempat membuat aku was-was. Gimana kalo Timy akhirnya kabur gara-gara gak suka
sama Kumis? Oh, no. Makanya aku jadi super perhatian sama Timy. Sebagian
waktuku kupakai untuk mengawasi dua kucingku, Timy dan Kumis. Syukurlah, Pak
Kumis gak pedulian sama sikap judesnya Timy. Aku sering perhatikan, Timy
ngambek-ngambek sama Pak Kumis, tapi Pak Kumis ngeyel, gak pernah main lawan,
digalakin sama Timy malah dibales usil: Timy lagi diem, ekornya di pukul-pukul.
Jadinya mereka bergumul seru. Tapi aku tau, Pak Kumis gak nganggep serius,
selang berapa menit dia deketin Timy lagi di kursi. Lama-lama, Timy bosan,
akhirnya cuek aja kalo ada Pak Kumis. Hehehe. Timy udah gak peduli kalo Pak Kumis
deket-deket dia di kursi kesayangannya, Timy udah gak peduli setiap jam makan
harus berbagi tempat makannya dengan teman barunya itu. Timy udah gak semarah
sebelumnya. Aku senang donk, hehe. Aku jadi gak khawatir lagi soal mereka.
Mulai sekarang aku sudah bisa kembali beraktivitas di luar dengan tenang.
Bermacam kegiatan menguras perhatianku sampai kurang memperhatikan mereka di
rumah. Aku pikir, semua pasti aman. Mudah-mudahan mereka bisa saling menerima
satu sama lain, hehe.
*****
TIMY DAN PAK KUMIS
Saatnya pulang! Aku tak sabar bertemu
keluarga dan dua kucingku di rumah setelah lima hari ada acara pelatihan di
puncak. Sampai di depan pintu, kuucap salam, lalu dua kucingku berebut ke luar.
Aku disambut! Hehehe. Anehnya, sekarang kulihat Timy sangat aktif, suara
meongnya lebih ceria; kulihat Pak Kumis, tambah gembrot, tambah usil. Seharian
itu kuperhatikan mereka. Sekarang Timy jadi ketularan jail, dua-duanya jadi
jail! Pak Kumis lagi diem, tiba-tiba Timy iseng ngintip trus nerjang kepala Pak
Kumis, akhirnya aksi kejar-kejaran terjadi. Hahaha, senangnya hatiku… Mereka sudah mulai akur. Timy sudah kembali
seperti dulu. Berkat Pak Kumis. Thank you, PAK KUMIS… hiks XD
*****
Dari situ, aku jadi banyak belajar dari Pak
Kumis. Gimana cara dia nanggepin sikap Timy yang judes.
Pak Kumis selalu periang, gak trauma akibat
perlakuan majikannya dulu, Pak Kumis tetap ceria. hehe. I Like it :)
*****
Hmmm, sekarang aku lagi kepikiran terus
soal Pak Kumis dan Timy, Setelah mereka akur, mereka jadi sering becanda berduaan,
jarang main ke luar, gak tau udah pada punya gebetan atau belum. Mereka berdua,
kan, sama-sama cowok. Sekarang akur banget... Makan berdua, tidur berdua,
kemana-kemana sering berdua. Bahkan cuma sekedar Pak Kumis puf aja,
sempat-sempatnya Timy ngikut. Hadeh... cape deh. Normal kah mereka???
Sepertinya harus diadakan penyelidikan
lebih lanjut, dan hasilnya harus dibuat kembali dalam bentuk cerita: ‘Serial:
Gebetan Timy dan Pak Kumis’. :D
But, thanks for reading :)
(aL@Sukabumi:11/09/2014)
0 comments:
Post a Comment